gili, hutan, laut, pantai, pendakian, petualangan, pulau, snorkeling, surfing, wisata gunung
Desa Batudulang Sumbawa Sebagai Pusat Belajar Madu Hutan Indonesia Timur
Sumbawa sebagai daerah penghasil madu terbaik Indonesia telah terkenal sejak lama. Bahkan menjadi brand (merek) madu yang banyak dicari buyers (pembeli) dan selalu menjadi buah tangan (oleh-oleh) tamu yang berkunjung ke Sumbawa. Akan tetapi jika ada pihak yang ingin belajar madu Sumbawa, kemana mesti mereka belajar?. Inilah yang mengilhami Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) bersama Pemda Sumbawa, Kementerian Kehutanan dan BNI untuk menjadikan Desa Batudulang Kec. Batulanteh sebagai pusat belajar madu hutan. Mengingat dari desa ini JMHS menerapkan sistim panen lestari dan teknik tiris tanpa peras tangan untuk panen madu Sumbawa.
Menurut Julmansyah, S.Hut Fasilitator JMHS, sudah cukup banyak tamu yang datang belajar ke Desa Batudulang, bahkan pertemuan nasional petani madu juga diadakan di desa ini. Salah satu misalnya Annual Meeting (pertemuan tahunan) Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) dua tahun yang lalu, jelasnya. Bahkan launching pengiriman madu Sumbawa 1 (satu) ton oleh Menteri Kehutanan 11 November 2012 lalu merupakan inisiasi dan langkah nyata dari keberadaan JMHS.
Kini dari tanggal 4 – 9 Mei 2013, Desa Batudulang kedatangan peserta magang dan studi banding dari Flores Timur Provinsi NTT. Para peserta belajar didampingi oleh Swisscontact. Swisscontact merupakan Yayasan Hubungan Pemerintah Swiss-Indonesia yang juga organisasi non-profit yang memiliki fokus wilayah kerja pada pengembangan usaha kecil menengah melalui penguatan rantai nilai. Dan melalui Yayasan Hubungan Swiss Indonesia (YSI - FSPP) dengan program Promosi Produk Spesial Flores di NTT saat ini telah memulai program pendampingannya didesa Leraboleng Kecamatan Titehena – Kabupaten Flores Timur serta beberapa wilayah yang tersebar di Kabupaten Sikka dimana petani-petani lokal menggantungkan ekonomi sampingan mereka terhadap produksi dan pengolahan dari sarang lebah hutan yang terdapat di pohon-pohon setempat.
Untuk meningkatkan skill panen dan wawasan serta pengetahuan pelaku usaha madu di Flores Timur, mereka khusus datang belajar ke Desa Batudulang. Menurut Junaidi Zain, pendamping dari JMHS, para peserta diberikan materi dalam kelas serta praktek panen lestari di hutan sekitar desa. Bahkan para peserta juga berkunjung ke Rumah Madu Sumbawa yang merupakan outlet resmi JMHS di Kota Sumbawa Besar. Kepala Desa Batudulang, Rasidi juag sangat mendukung desanya menjadi tempat belajar madu hutan.
Selama belajar di Batudulang rasakan sangat banyak yang bisa dipelajari baik dari panen madu, pasca panen hingga pemasaran madu yang berjumlah lebih dari 5 ton. Inilah salah satu yang kami pelajari, ujar Hanna Keraf dari Swisscontact pendamping peserta. Peserta magang madu dari Florest ini sebanyak 6 (enam) orang, terdiri dari 3 (tiga) orang petani madu dan 3 (tiga) orang pendamping dari Swisscontact.
Dukungan untuk menjadikan Desa Batudulang sebagai pusat belajar yang dibangun oleh kelompok masyarakat sudah mengalir cukup banyak. Kementerian kehutanan telah membangun alat pengurang kadar air, begitu juga BNI untuk 2013 ini akan mendukung untuk menyiapkan Desa Batudulang sebagai Kampoeng Madu Sumbawa. Menurut Julmansyah yang juga Kepala KPH Batulanteh, berbagai sumber pembiayaan dan kegiatan akan difokuskan ke Batudulang. Mengingat desa ini merupakan wilayah kerja KPH Batulanteh dan desa hulu DAS Sumbawa yang selama ini sumber air PDAM Sumbawa.
Ada kebutuhan yang besar akan terbangunnya proses saling belajar antar petani, dengan metode yang tidak biasa. Permintaan untuk belajar juga datang dari petani madu kabupaten tetangga. Pada salah satu kegiatan Bimbingan Teknis Mutu Madu Sumbawa, yang difasilitasi Dinas Kehutanan Provinsi NTB bulan April 2013 dengan peserta petani madu se Pulau Sumbawa, ternyata ada kesenjangan pengetahuan yang jauh antara petani binaan JMHS dengan petani dari kabupaten Bima, Dompu maupun KSB. Bahkan para peserta Bimtek meminta JMHS untuk dapat menulari pengalaman Sumbawa ke Kabupaten lainnya. Ini semua berawal dari Desa Batudulang.
Bahkan menurut Julmansyah, di Batudulang juga akan menjadi lokasi penelitian internasional selama 3 (tiga) tahun sejak 2013-2016 yang dibiayai oleh ACIAR (Australian Centre for International Agricultural Research). Salah satu fokus riset ini adalah penghidupan masyarakat yang terkait dengan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Akan banyak kegiatan pelatihan di masyarakat, pertemuan-pertemuan serta penelitian itu sendiri. Adapun judul penelitian ini kata Julmansyah, “Development of timber and nontimber forest products’ production and market strategies for improvement of smallholders’ livelihoods in Indonesia” yang didukung oleh CIFOR (Centre for International Forestry Research), WWF Nusa Tenggara, Pusat Agroforestry Asia (ICRAF), Litbang Kementerian Kehutanan, The Western Australia University. Inilah cara KPH Batulanteh untuk membuat Sumbawa menarik dan menjadi perhatian nasional, ujar Kepala KPH Batulanteh ini.
Sumber: wisatamaduhutansumbawa